Rektor UI: Bangun Ibu Kota Baru Harus Perhatikan Keseimbangan

Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menyampaikan kampusnya tengah membahas topik menarik terkait rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN), yakni bagaimana membangun kualitas sosial budaya. Karena seumur hidupnya, ia mengetahui peristiwa pindah ibu kota memang kerap terjadi di negara lain. Sedangkan saat ini, ia akhirnya mengalami dan sengaja dilibatkan dalam pembahasan terkait rencana pindah ibu kota negaranya sendiri.

Pernyataan itu ia sampaikan dalam agenda Dialog Nasional VII: Pemindahan Ibu Kota Negara bertajuk 'Membangun Kualitas Kehidupan Sosial Budaya' yang digelar Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) di kampusnya. "Hari ini kita mempunyai satu topik yang menarik, sebenarnya dalam masa hidup kita itu mungkin tidak pernah mengalami pemindahan ibu kota," ujar Ari, di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020). Menurut Ari, munculnya sebuah kota disebabkan adanya produktivitas, di dalamnya pun terdapat banyak masyarakat yang memiliki beragam ide.

"Kota itu timbul karena produktivitas, dan kalau untuk produktivitas itu kita perlu ngumpul, dengan kata lain perlu density, kepadatan. Kemudian juga bisa saling bertukar ide, makanya timbul kota," jelas Ari. Ia kemudian menambahkan bahwa di kota, segalanya akan mengalami pertumbuhan, berbagai kegiatan sosial, ekonomi dan budaya pun akan terbangun. Namun yang perlu diingat adalah jika kota terlalu besar dan padat, maka akan berdampak negatif bagi kota itu sendiri dan juga kota di sekitarnya.

Seperti yang terjadi di Jakarta yang masih menjadi ibu kota Indonesia, kepadatan serta pembangunan yang begitu massive menjadikan Jakarta sebagai kota 'langganan banjir' dan berdampak pula pada wilayah penyangganya seperti Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang. "Di kota, dia menjadi sumber pertumbuhan, tapi kalau kota menjadi terlalu besar, dia akan menimbulkan eksternalitas negatif terhadap kotanya sendiri dan kota lain misalnya banjir hari ini ya," tutur Ari. Oleh karena itu, ia menilai diperlukannya keseimbangan, masyarakat yang tinggal di kota tentunya harus memahami betapa pentingnya isu lingkungan.

Keseimbangan antara pembangunan kota yang modern dengan kehidupan sosial budaya harus tetap dijaga. Contohnya, kebutuhan lahan pertanian maupun kawasan hijau tetap harus diprioritaskan karena ini akan membentuk keseimbangan ekosistem di kota tersebut. Dan ini pun ia harap diterapkan di IKN yang akan berlokasi di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), serta berkonsep smart, green, beautifut dan sustainable itu.

"Sehingga kalau tidak hati hati maka pulau Jawa akan menjadi semen semua, kalau begitu menanam padinya dimana? Makanya perlu keseimbangan," pungkas Ari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *